BBM (Biang Banyak Miskin) Makin Naik
2013-07-31 | Dikunjungi: 1593 Kali
"BBM Naik Tinggi Susu Tak Terbeli, Orang Pintar Tarik Subsidi, Anak Kami Kurang Gizi"
Judul diatas adalah sepenggal lirik lagu Iwan Fals mengingatkan kita
fenomena yang tidak jauh berbeda dangan kondisi hari ini, dimana rencana
pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan
melambung semakin tinggi membuat masyarakat harus jauh dari bahan
subsidi katanya untuk rakyat, tentunya hal ini akan akam memicu naiknya
harga berbagai macam kebutuhan pokok masyarakat tidak terkecuali harga
susu, yang selama ini kebanyakan lebih pada mengandalkan susu produk
buatan sebagai alternative pengganti bagi ASI.
Sejatinya Subsidi
BBM dari APBN pada awalnya memang dimaksudkan untuk membantu rakyat
kurang mampu. Subsidi adalah salah satu bentuk upaya pemerintah untuk
mengurangi beban ekonomi masyarakat. Dengan subsidi, harga beli suatu
barang atau jasa menjadi lebih murah daripada nilai ekonomisnya. Dalam
hal subsidi BBM, pemerintah "menalangi" sebagian harga BBM yang dibeli
masyarakat sehingga harga BBM menjadi lebih murah daripada nilai
ekonomisnya.
Pilihan tak populis tampaknya sulit terhindarkan dari asumsi dan
logika pemerintah yang tidak pernah berubah dan mungkin memang begitu
adanya, dengan bersandar atas membengkaknya harga minyak dunia yang akan
berdampak pada melonjaknya subsidi BBM di APBN, sehingga
perlu untuk mencabut sebagian subsidi serta menaikan harga BBM pada per 1 april 2012.
Rupanya kenaikan harga BBM menjadi solusi pemerintah dalam menutup
defisit APBN, hal ini terasa tidak adil dan menyengsarakan rakyat. Dalam
banyak hal, selalu saja rakyat banyak yang dijadikan korban. Jika
carut-marut ekonomi lebih banyak ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah,
praktik korupsi, pencucian uang Negara, regulasi yang tidak memihak
rakyat, ulah para bankir dan konglomerat hitam, mengapa rakyat banyak
yang harus selalu menanggung akibatnya?
Sekiranya Sejarah panjang bangsa ini senantiasa menggoreskan sebuah
kekuatan massa rakyat yang bangkit bersama melawan atas sebuah
kenyataan yang tak berpihak, keadaan ekonomi nasional kita yang
dicengkram oleh kekuatan asing menjadi salah satu momok, baik itu
organisasi
moneter dunia, negara asing maupun oleh perusahaan multinasional/trans nasional.
Cengkraman
itu senantiasa memaksa kita menjadi negara yang sangat tergantung
dengan perubahan situasi ekonomi dunia. Kendati interpelasi ekonomi
nasional dengan ekonomi dunia memang menjadi bagian kenyataan global ,
namun posisi kita sebagai suatu bangsa masih sangat menghawatirkan.
Sehingga tak heran kemudian kita akan Begitu banyak menjumpai fenomena
sosial yang selalu menjadi malapeta bagi masyarakat. Kini terlihat dalam
berbagai tayangan dimana antrian dan kelangkaan minyak sudah mulai
terjadi hampir diseluruh daerah Indonesia padahal kita ketahui bersama
bahwa bangsa kita masih menjadi salah satu produsen minyak mentah
terbesar di dunia, yang nantinya akan dibarengi dengan naiknya harga
Sembako yang sebagai efek dari kenaikan ongkos produksi yang banyak
menggunakan minyak.
Selain itu, yang makin memperparah keadaan negeri ini adalah para
pemegang kebijakan lebih pro terhadap investasi asing yang bertebaran
dari ujung sumatera hingga ujung timur papua yang membawa pergi kekayaan
nasional kita dan mengenyam keuntungan berlebih dari itu. serta
Eksplorasi Migas yang berdampak pada kerusakan alam dan kondisi sosial
masyarakat termasuk Konflik
Agraria,Dengan dalih bahwa masuknya ke Indonesia untuk memberikan
manfaat sebagai penopang pembangunan dan percepatan pertumbuhan ekonomi
ternyata justru sama sekali tidak mampu menggerakkan ekonomi nasional
dan hanyalah menjadi bualan belaka. Inilah awal petaka bagi masyarakat
Indonesia yang mayoritas miskin karena tidak mampu mengakses sumber daya
alam, BBM, kesehatan, pendidikan, serta layanan publik lainnya.
Tidak hanya sampai disana ternyata rancangan kenaikan BBM pada awal bulan april akan diikuti
dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang akan semakin
menambah daftar panjang luka bangsa ini yang nantinya berujung pada
pembunuhan ekonomi masyarakat kecil dan membuat semakin menderita akibat
ketidak mampuan mengakses harga dan ketidak berdayaan menghadapi
persoalan.
Di tengah-tengah krisis ekonomi yang menghimpit masyarakat saat ini,
menaikkan harga BBM dan listrik adalah tindakan yang sangat
sewenang-wenang, zalim, dan tidak mempedulikan kesulitan yang diderita
masyarakat. Pemerintah tidak menunjukkan dirinya sebagai sebuah
institusi yang memiliki otoritas untuk melindungi dan mengatur
kesejahteraan rakyatnya. Jika pemerintah sudah tidak lagi mempedulikan
urusan rakyatnya sendiri dan tidak mau tahu dengan
kesulitan yang dihadapi masyarakat, lalu siapa yang mengatur dan
memelihara urusan rakyat? Sikap seperti ini tentu jauh dari sikap
memegang amanah sebagai pihak yang wajib memelihara kemaslahatan rakyat.
Dengan argumentasi diatas tadi, maka kenaikan BBM harus di tolak, karena
tidak mencerminkan asas keadilan dan keberpihakan pemerintah terhadap
rakyat kecil. Tidak ada yang dilakukan oleh pemerintah, kecuali hanya
bersandar pada alasan-alasan klasik,
Oleh : Anhar
*Pendiri IPMA MATRA (Ikatan Pelajar Mahasiswa Mamuju Utara) Sulbar
*Sekjend Pusat Studi Strategis Malaqbi (PUSSMA)