2025-03-25 | Dibaca: 77
MAMASA (malaqbi.com) Pemuda Peduli Lingkungan Malabo menolak keras pengaktifan kembali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Salurano Malabo. Penolakan ini disampaikan dengan berbagai macam pertimbangan dan dampak yang akan ditimbulkan pada masa depan.
"Hal yang paling mendasar tentunya adalah pencemaran lingkungan. TPA yang dibangun sejak 2012 namun belum pernah difungsikan ini sangat dekat dengan pemukiman penduduk, jaraknya hanya sekitar 300 meter. Dari sini saja sudah sangat bertentangan dengan aturan yang mengisyaratkan TPA harus berada minimal 1 kilometer dari pemukiman," kata Koordinator Pemuda Peduli Lingkungan Malabo, Taufik Rama Wijaya di Mamasa, Selasa 25 Maret 2025.
Menurutnya, dengan aktifnya kembali TPA berpotensi akan mencemari lingkungan, menciptakan bau tidak sedap, dan meningkatkan risiko penyakit bagi masyarakat sekitarnya.
Selain itu, kata Rama, TPA ini tidak memilik izin Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dari KLHK. Padahal, kata dia, AMDAL merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum pengoperasian suatu proyek yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Ini sejalan dengan perintah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada pasal 22 dan 69.
"Tentu kita berkaca pada kebijakan sebelumnya, sejak TPA ini dibangun, tempat ini belum pernah difungsikan yang berdampak pada kerusakan karena tidak adanya perawatan. Maka dari itu infrastrukturnya tidak layak untuk digunakan yang akan memperparah potensi pencemaran," terang Rama.
Ia menyayangkan beberapa proyek yang dikerjakan oleh pemerintah Kabupaten Mamasa yang tidak memikirkan keberlanjutannya dan dampak kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.
"TPA ini dibangun tanpa perencanaan, itulah mengapa sampai saat ini macet. Dengan Pengaktifan Kembali TPA Salurano ini hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi warga," tuturnya.
Berdasarkan pertimbangan itu, Rama melanjutkan, pihaknya menuntut agar rencana pengaktifan TPA Salurano di Malabo segera dibatalkan demi melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat sampai segala sarana dan prasarana pengolahan yang berkelanjutan terpenuhi sesuai standar.
"Kita beharap ada solusi alternatif untuk pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan, melakukan kajian ulang terhadap dampak lingkungan, serta adanya pelibatan masyarakat dalam pengambilan setiap keputusan yang akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup masyarakat," pungkasnya. (Dhari)